Produk Kredit Kota Bandung Mendapat Sambutan Positif
BANDUNG, MP – Tiga produk kredit mikro Kota Bandung mendapat sambutan positif dari masyarakat serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Hal itu karena nilai Non Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah ketiga produk yang telah diluncurkan hanya 1,06%.
Ini juga yang membuat PD. BPR Kota Bandung akan semakin fokus ke tiga layanan tersebut. Ketiga produk tersebut antara lain Kredit Melati (Melawan Rentenir), Kredit Bagja (Membangun Keluarga Sejahtera), dan Kredit Mesra (Mesjid Sejahtera).
Hal itu dikemukakan oleh Kepala Bagian Ekonomi, Lusi Lesminingwati saat Bandung Menjawab di Media Lounge Balai Kota Bandung, Selasa (20/2/2018).
Ia menyebut, NPL Kredit Melati 1,06%, sementara Kredit Mesra dan Kredit Bagja 0%. Artinya, dana bergulir cukup baik di ketiga kredit tersebut.
Lusi menyatakan, lebih dari 16 ribu masyarakat telah merasakan dampak kredit mudah tanpa agunan itu. Ini diharapkan bisa lebih menyejahterakan warga Kota Bandung.
Ia mencatat, ada 16 ribu nasabah Kredit Melati dengan nilai pinjaman Rp 52 miliar. Sementara itu Kredit Mesra yang diluncurkan 21 Agustus 2017 telah memiliki 274 nasabah dengan nilai pinjaman Rp 306 juta. Sedangkan Kredit Bagja yang baru diluncurkan 13 November 2017 telah dimanfaatkan oleh 24 nasabah dengan nilai kredit Rp 36 juta.
“Kalau kredit Bagja itu kan masih baru, dan sasarannya adalah ibu-ibu PKK atau kader Posyandu. Kredit itu diluncurkan dalam rangka membangun ketahanan keluarga,” jelas Lusi.
Ketiga kredit mikro tersebut diluncurkan sebagai solusi atas permasalahan permodalan usaha untuk masyarakat. Kredit tanpa agunan itu diharapkan bisa meningkatkan angka wirausaha di Kota Bandung.
“Target kita 100 ribu wirausahawan baru yang disebar di lima OPD (Organisasi Perangkat Daerah),” ujar Lusi.
Oleh karenanya, masyarakat juga diharapkan bisa meningkatkan peluang usaha agar perekonomian warga terus meningkat.
Saat ini, laju pertumbuhan ekonomi di Kota Bandung berada di angka 7,8%, salah satu yang tertinggi di Indonesia. Lusi berharap, angka tersebut bisa meningkat di tahun 2018.
“Kami masih menunggu data BPS (Badan Pusat Statistik) Jawa Barat tentang angka ekonomi ini. Tapi mudah-mudahan meningkat,” harap Lusi. **